Siapa Mardani H Maming, Sosok Anak Muda yang Disebut Sekjend PDI Perjuangan Sebagai Capres Potensial?

- Sabtu, 16 Oktober 2021 | 00:05 WIB
Mardani H Maming ketika bertemu Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
Mardani H Maming ketika bertemu Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

HALUANLAMPUNG.ID – Nama Mardani H Maming tiba-tiba melambung di kancah politik nasional. Orang-orang membicarakannya setelah Sekretaris Jenderal (Sekjend) PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyebut namanya ketika berbicara tentang bursa calon presiden (Capres) yang akan diusung partai pemenang tersebut. Siapa Mardani H Maming sebenarnya?

Barangkali, di sudut-sudut Sumatera, terutama di kalangan tua, nama Mardani H Maming memang belum akrab di telinga. Namun, di mata anak muda, terutama pengusaha-pengusaha muda, Mardani adalah panutan. Dia adalah gambaran anak muda yang mampu mematahkan dogma, kalau dunia usaha adalah dunia orang-orang tua. Mardani merupakan pengusaha sukses yang merangkak dari bawah. Kini dia menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI).

Soal politik, Mardani juga bukan anak kemarin sore. Usianya memang baru 40 tahun. Mardani lahir 17 September 1981. Namun soal politik dia sudah kenyang. Di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Mardani dipandang sebagai politisi ulung. Pernah menjadi anggota DPRD periode 2009–2010, Mardani juga dua periode memimpin Tanah Bumbu (2010 – 2019). Bahkan, amanah sebagai bupati dia sandang ketika masih berusia 28 tahun. Usia muda itu membuatnya masuk rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai bupati termuda periode itu. Di masanya, Tanah Bumbu mampu bangkit.

Mardani berhasil membawa Kabupaten Tanah Bumbu menjadi salah satu daerah termaju di Kalimantan Selatan. Ia dinilai berhasil meningkatkan pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia melalui pendidikan, dan pembangunan ekonomi, serta memperbaiki tata kelola pemerintahan.

Baca Juga: Mardani H Maming, Ketum BPP HIPMI Masuk Bursa Capres PDI Perjuangan

Atas prestasi itu, pada 2013 ia memperoleh penghargaan Innovative Government Award dari Kementerian Dalam Negeri. Berbagai prestasi itu mengantarkan Mardani terpilih kembali sebagai bupati pada untuk periode 2016-2021. Setahun kemudian ia mendapat penghargaan sebagai Leader Award 2017 dari Kementerian Dalam Negeri. Namun, pada 2018, ia memilih mengundurkan diri dengan hormat saat memasuki tahun kedua kepemimpinannya untuk visi ke depan yang lebih besar.

Jejaknya itu pula yang barangkali membuat PDI Perjuangan memasukannya ke dalam bursa capres. Mardani memang pantas masuk ke bursa itu. Dia muda, gesit, dan berpikir untuk kemajuan. Sosok seperti dia dianggap cocok menjadi suksesor Presiden Jokowi yang akan mengakhiri jabatannya pada 2024 nanti.

Mardani disebut Hasto lahir dari kaderisasi yang ketat untuk menjadi pemimpin hebat. Dia tidak muncul tiba-tiba, namun melangkah setapak demi setapak. Setidaknya, Mardani berada di jajaran 11 kader PDI Perjuangan yang matang. Selain Mardani, 10 nama lainnya yang lahir dari kaderisasi ketat. Yakninya, Presiden Jokowi, Prananda Prabowo, Puan Maharani, Olly Dondokambey, Ganjar Pranowo, Wayan Koster, Tri Rismaharini, Djarot Syaiful Hidayat, Abdullah Azwar Anas, dan Sultan Riska.

Nama besar yang disandang Mardani H Maming hari ini adalah buah dari perjuangannya berbelas-belas tahun. Dia mengorbankan banyak hal.  Kehilangan waktu bermain, kehilangan pergaulan. Kala muda, dia lebih memilih menenggelamkan hidup pada kerja keras daripada nongkrong sesame besar. Pada usia 17 tahun, Mardani sudah membuka jalan sukses dengan menekuni dunia usaha.

Mardani tak ingin sukses di usia tua, tapi sukses saat muda. Orang yang sukses di masa tua sudah banyak, tapi sukses ketika muda hanya bisa dihitung dengan jari. Mardani salah satunya. Dia adalah CEO PT Batulicin 69, perusahaan holding yang membawahi puluhan anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral, penyewaan alat berat, dan properti.

Dikutip dari majalahpajak.net, darah kepemimpinan dan jiwa wirausaha Mardani rupanya menurun dari sosok sang ayah, almarhum H Maming yang semasa hidupnya menjabat sebagai kepala desa sekaligus seorang pengusaha batubara. Mardani mengenyam pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahirannya Batulicin. Memasuki SMA, ia hijrah ke Jawa Timur dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Karang Rejo Tulung Agung, Jawa Timur.

“Dari dulu sudah didoktrin oleh bapak saya, enggak boleh jadi pegawai. Pokoknya harus jadi pengusaha. Nah, karena dari kecil saya sekolah di Jawa, melihat orang Jawa kerja, pulang kampung jadi pintar sendiri kan? Karena di Jawa banyak orang sudah mengerjakan, di Kalimantan orang belum ada yang mengerjakan,” tutur pria yang tahun 2013 lalu dinobatkan sebagai tokoh muda berprestasi oleh surat kabar Jawa Pos ini.

 

Usai tamat SMA, Mardani kembali ke Kalimantan Selatan dan melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam). Tamat S1, ia kembali ke Jawa untuk melanjutkan S2 Program Studi Magister Kajian Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Wasantanas) di Universitas Brawijaya, kemudian mengambil Program Doktor (S3) Ilmu Sosial di Universitas Airlangga Surabaya.

Halaman:

Editor: Kevin Dennis

Tags

Terkini

Terpopuler

X